Architecture in Helsinki: Mereka Bukan dari Skandinavia



Begitu mendengar nama band Architecture in Helsinki mungkin akan mengira band ini berasal dari Finlandia. Salah. Band ini berasal dari Melbourne, Australia. Sang vokalis, Cameron Bird, menemukan nama band setelah menggabungkan kata-kata yang ada dalam secarik surat kabar yang dibacanya.

Band ini terbentuk pada 2000 dan hingga kini sudah merilis empat album. Architecture in Helsinki dikenal dengan musik indie pop yang unik dan menyenangkan. Awalnya, mereka punya 8 personel — jadi waktu itu musik Architecture In Helsinki seperti sebuah simfoni musik pop yang mengasyikkan dengan berbagai instrumen musik antara lain, gitar, drum, synthesizer analog, glockenspiel dan aneka instrumen musik tiup logam dan juga kayu.

Album kedua mereka, “In Case We Die” sempat terpilih sebagai Best New Music di Pitchfork.com. Mereka juga beberapa kali mendapat nominasi ARIA (Australian Record Industry Association) Awards dan juga telah tur keliling dunia bersama band senior seperti The Go-Betweens, Death Cab for Cutie dan Yo La Tengo.

Album teranyar mereka bertajuk “Moment Bends” dirilis pada bulan April 2011. Album ini menjadi momen perubahan bagi Architecture in Helsinki. Mereka kini beranggotakan lima personel dan arah musik mereka juga berubah. Sekarang musik mereka sarat akan unsur elektronika yang banyak dipengaruhi oleh musik new wave ’80-an.

Melalui album “Moment Bends”, Architecture in Helsinki meraih pasar penikmat musik yang lebih luas lagi daripada sebelumnya. Salah satu lagu mereka, “Escapee”, masuk dalam soundtrack video game FIFA 2012.

Musisi Katon Bagaskara dalam akun Twitter pribadinya berkata bahwa ia mengetahui musik Architecture in Helsinki gara-gara anaknya memainkan game FIFA 2012.

Dan vokalis band GIGI, Armana Maulana juga belum lama ini mengaku menyukai musik Architecture in Helsinki karena mengingatkan dia akan musik new wave ‘80-an.

Setelah tur panjang di benua Eropa dan Amerika, Architecture in Helsinki menyambangi benua Asia. Singapura menjadi tujuan pertama. Mereka manggung hari Jumat ini (9/3) di Mosaic Music Festival. Dan besok hari Sabtu (10/3), mereka akan manggung di Jakarta. Bertempat di Fairground (eks Bengkel Night Park) yang berlokasi di kawasan SCBD, Sudirman, Jakarta.

Jakarta menjadi kota terakhir dari rangkaian tur album “Moment Bends”. Setelah ini, mereka akan kembali ke Australia dan beristirahat untuk jangka waktu lama.

Yahoo! Indonesia berbincang sejenak dengan vokalis dan pentolan dari Architecture in Helsinki, Cameron Bird. Ia berbicara mengenai komunitas musik di Melbourne, mendengarkan Katy Perry hingga rasanya bermain di kota Helsinki.

Dalam tiga album sebelum ini, Architecture in Helsinki beranggotakan 8 orang personil dan kini tinggal berlima. Apakah ini berpengaruh saat rekaman atau tampil di panggung?

Sudah sangat lama semenjak kami bermain dengan anggota sebanyak itu. Sejujurnya saya lupa bagaimana rasanya. Yang pasti saya rasakan saat ini kami banyak tampil di pertunjukkan yang menyenangkan dan Architecture in Helsinki tidak pernah lebih bahagia seperti saat ini.

Album Moment Bens banyak dipengaruhi oleh musik synth pop ’80-an. Apa saja yang kalian dengarkan saat proses rekaman?

Apa saja dari Katy Perry hingga Mozart. Kami mencintai musik dan inspirasi musikal bisa datang dari mana saja.

Berbicara mengenai nama, apakah kalian pernah bermain di Finlandia? Kalau sudah bagaimana rasanya?

Sudah. Kami telah bermain di Finlandia sebanyak dua kali. Rasanya seperti berada di rumah yang jauh dari rumah.

Bagaimana perkembangan scene musik di Melbourne saat ini?

Sangat bagus. Bahkan sering kali menakutkan saya karena begitu banyak band bagus di Melbourne. Jika ini Brooklyn atau London begitu banyak band di sini yang pasti akan menjadi besar. Melbourne sebenarnya adalah kota yang tepat jika kamu mau menjadi seniman dari berbagai disiplin. Sangat mudah di semua akses kesenian. Namun sayangnya harga-harga di sini sangat mahal.

Apakah lebih menikmati bermain di panggung festival atau panggung sendiri seperti nanti di Jakarta?

Keduanya kami nikmati. Keduanya sangat berbeda gaya pertunjukkannya dan kami fokus saat menjalani dua-duanya.

Jika kalian sedang dalam perjalanan darat untuk datang ke sebuah festival musik, apa lima lagu yang ingin kalian dengar di dalam mobil selama perjalanan?

Aaliyah - One in a Million
Todd Terje - Snooze For Love
Hot Chocolate - Heaven's in the back seat of my cadillac
Oni Ayhun - OAR003-B
Gladys Knight and the Pips - It's a Better Than Good Time (walter gibbons mix)

Kemana Architecture in Helsinki akan melangkah lagi dari sini?

Saya tidak tahu dan saya menyukai ketidaktahuan seperti itu. Soalnya, begitu saya mengetahuinya, pertanyaan seperti itu akan menuju ke arah kita berhenti berkreasi.


Artikel ini tayang pada Yahoo! Indonesia pada tanggal 9 Maret 2012.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day #11: The Like In I Love You

Lampau: Ulasan Album Centralismo - SORE

Enam Lagu Yang Mendefinisikan Paloh Pop