Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2012

Wawancara David Tarigan

Gambar
Wawancara saya dengan David Tarigan ini saya lakukan dalam rangka penulisan artikel untuk Yahoo! Indonesia mengenai Record Store Day. Bagi yang belum mengenal David Tarigan, ia adalah salah satu kolektor musik kelas akut dan juga perpustakaan musik berjalan. Untuk itu jika bertanya kepada David soal musik sudah pasti akan mendapat jawaban panjang dan bernas.  Karena keterbatasan ruang dan setelah melalui proses penyuntingan di redaksi, artikel yang saya tulis berdasarkan hasil wawancara David menjadi cukup ringkas. Beberapa petikan jawaban David ada yang terbuang.  Oleh karena itu, saya post hasil wawancara selengkapnya yang dilakukan via email di sini. Oh iya, sebelumnya David sempat meminta agar wawancara dilakukan secara langsung. Dengan alasan, ia lebih nyaman untuk mengobrol langsung daripada disuruh menulis jawaban. Namun saya menolaknya. Saya terlalu malas untuk menulis transkrip wawancara. Karena sudah pasti jika mewawancarai David secara langsung pasti akan menghasilk

5 Wanita Asia Dalam Dunia Indie Rock

Gambar
Hari ini tanggal 21 April 2012 dirayakan sebagai hari Kartini dan juga sebagai Record Store Day yang diselenggarakan dari tahun 2007 di  setiap minggu ketiga di bulan April. Hari Kartini identik dengan emansipasi wanita dan Record Store Day adalah perayaan untuk mengembalikan tradisi yang kian hilang, yakni membeli album rilisan fisik di toko rekaman.  Untuk itu, dalam post ini saya menggabungkan kedua perayaan dengan menampilkan 5 wanita Asia yang menjadi pentolan dari berbagai grup band indie rock di Amerika Serikat. Saya juga merekomendasikan album mana dari grup-grup ini yang patut kamu beli di toko rekaman terdekat. Kazu Makino dari Blonde Redhead Penampilan fisik Kazu sama sekali tidak menggambarkan nama bandnya. Namun wanita kalahiran Kyoto, Jepang ini sudah mengacak-acak dunia indie rock di Amerika Serikat bersama bandnya dari tahun 1993 hingga kini. Rekomendasi album: Misery is Butterfly , 23

Fenomena Musisi yang Bangkit dari Kubur

Gambar
Minggu lalu, Chrisye muncul kembali ke dunia musik Tanah Air dan menyanyikan lagu terbarunya, Kidung Abadi. Berkat teknologi hologram dan perangkat rekaman yang canggih, Chrisye (yang meninggal dunia 5 tahun lalu) menyanyikan lagu baru yang diciptakan oleh pasangan ayah-anak, Gita dan Erwin Gutawa dari 246 suku kata yang yang pernah dinyanyikan Chrisye sepanjang hidupnya. Selang seminggu setelah itu, tepatnya pada festival Coachella yang diselenggarakan di California, Amerika Serikat, sosok rapper Tupac yang telah meninggal dunia di tahun 1996 juga kembali dihidupkan . Di panggung, sosok Tupac melalui teknologi hologram yang dibuat dengan sangat presisi oleh perusahaan digital audio, AV Concepts menyapa penonton dan bernyanyi bersama rapper Dr. Dre dan Snoop Dogg.

Memilih Lagu Selaras Untuk Pesta Pernikahan

Dalam sebuah pesta pernikahan, lagu-lagu yang mengalun adalah satu elemen penting yang dapat membentuk suasana pesta. Lagu pernikahan dapat mewakili kebahagiaan yang memancar dan cinta kasih yang menyelimuti pasangan pengantin. Namun kerap kali, karena kedua mempelai dan panitia sudah terlalu sibuk mengurus perhelatan pernikahan lainnya, urusan musik menjadi urusan nomor sekian. Walhasil, banyak musik di pesta pernikahan yang terdengar “nggak nyambung”. Banyak pesta pernikahan yang sudah bagus dari sisi tema dan dekorasi namun menghadirkan musik yang tidak selaras. Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatikan agar musik di pesta pernikahan dapat mengalun dengan selaras. Cari musik pengiring yang tepat dengan tema pesta Jangan terpaku bahwa pesta pernikahan itu harus menghadirkan band standar pernikahan — yang hadir dengan formasi lengkap atau minimal dengan lagu-lagu top 40 yang bisa kita dengar di pesta pernikahan mana pun. Ada baiknya musik pengiring disesuaikan dengan

Heksa Warna Efek Rumah Kaca

Gambar
Semenjak merilis debut album di tahun 2007 hingga kini, band asal Jakarta, Efek Rumah Kaca (ERK) menjadi salah satu band indie lokal dengan frekuensi panggung terpadat setiap bulannya. Trio yang terdiri dari Cholil Mahmud (vokal, gitar), Adrian Yunan Faisal (vokal latar, bass) dan Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal latar) selalu laris menjadi penampil utama di banyak kota di Indonesia. Tak terasa, empat tahun sudah berlalu semenjak terakhir mereka merilis album kedua, “Kamar Gelap” di tahun 2008. Saat ini ERK tengah merampungkan proses rekaman untuk album ketiga yang telah dikerjakan sekitar 70 persen. Rencananya album ini hanya akan memuat enam lagu saja.

Mencari Permata Musik Tanah Air

Gambar
Selama ini masyarakat kebanyakan hanya mengenal band dan musisi dari Jakarta dan Bandung. Padahal banyak band dan musisi yang tidak kalah bagus di luar dua kota itu yang kerap luput dari perhatian. Mereka bukan kurang beruntung, tapi hanya kurang publikasi. Hal itu yang menjadi keresahan Ivan Makhsara. salah seorang pemilik webzine di Medan, Sumatera Utara. Ia menyadari beberapa tahun ke belakang, webzine musik dan radio online tumbuh pesat di beberapa kota di Indonesia. Banyak band dan musisi lokal yang ditampilkan namun jangkauannya masih sebatas di kota dari webzine itu berasal.

Architecture in Helsinki: Mereka Bukan dari Skandinavia

Gambar
Begitu mendengar nama band Architecture in Helsinki mungkin akan mengira band ini berasal dari Finlandia. Salah. Band ini berasal dari Melbourne, Australia. Sang vokalis, Cameron Bird, menemukan nama band setelah menggabungkan kata-kata yang ada dalam secarik surat kabar yang dibacanya. Band ini terbentuk pada 2000 dan hingga kini sudah merilis empat album. Architecture in Helsinki dikenal dengan musik indie pop yang unik dan menyenangkan. Awalnya, mereka punya 8 personel — jadi waktu itu musik Architecture In Helsinki seperti sebuah simfoni musik pop yang mengasyikkan dengan berbagai instrumen musik antara lain, gitar, drum, synthesizer analog, glockenspiel dan aneka instrumen musik tiup logam dan juga kayu. Album kedua mereka, “In Case We Die” sempat terpilih sebagai Best New Music di Pitchfork.com. Mereka juga beberapa kali mendapat nominasi ARIA (Australian Record Industry Association) Awards dan juga telah tur keliling dunia bersama band senior seperti Th

Lima Band Dalam Negeri yang Diam-diam Go International

Gambar
Istilah “go international” kerap keluar dari bibir banyak penyanyi dan musisi tanah air. Namun tidak banyak yang benar-benar mewujudkannya. Dalam rangka Hari Musik Nasional yang jatuh tepat hari ini, tanggal 9 Maret, berikut adalah beberapa grup tanah air yang sudah menorehkan namanya di kancah musik mancanegara. Mereka memang tidak sering menghiasi layar televisi nasional dan musik mereka juga tidak didengar oleh jutaan rakyat Indonesia namun mereka diam tapi pasti telah mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional. Selamat hari musik nasional! Mocca Dari awal pemunculannya, grup musik asal Bandung ini sudah menarik publik musik internasional, khususnya Asia Tenggara. Mocca mengawali perjalanan musical mancanegara mereka di Singapura pada tahun 2005. Saat itu album debut mereka dirilis album oleh label asal Singapura, Fruits Records. Setelah itu album Mocca juga dirilis oleh label Malaysia, Jepang dan Korea. Di Jepang dan Korea inilah, Mocca mendapat basis pe

Post 100 Dan Hadiah Mixtape

Gambar
Ini adalah post saya keseratus di blog ini yang sekarang berumur dua tahun. Selama dua tahun hanya menghasilkan 100 post bukan prestasi yang bagus. Harusnya bisa lebih dari ini. Tapi selalu ada alasan kesibukan pekerjaan, waktu yang tidak ada atau keasyikan menulis di blog mikro (baca: Twitter) Statistik pengunjung blog menurut beberapa layanan penyedia data cukup baik. Walaupun tidak bisa terbilang hebat. Paling tidak sudah ada pengunjung setia yang kerap datang ke sini walaupun saya tidak rajin ngepost. Karena saya percaya persentase pengunjung blog ini lebih banyak mengunjungi halaman mixtape dan juga berkenaan dengan post keseratus ini, maka saya ingin merayakannya dengan membagikan mixtape. Kali ini mixtapenya sengaja tidak menyertakan tracklist. Karena lagu-lagu yang ada di sini rata-rata pasti familiardi telinga banyak orang. Lagu-lagu yang bisa disebut sebagai pop dewasa kontemporer ini adalah lagu-lagu yang dulu populer pada jamannya. Jadi, tidak perlu saya sertaka