Adele dan Kegalauan Masyarakat



Itulah isi twit Mark Hoppus, personel Blink 182 yang secara tidak langsung menyindir kenyataan bahwa Adele kini amat identik dengan susah hati, sedih, murah, atau dengan kata lain: galau.

Tetapi apakah benar, mereka yang mendengarkan Adele adalah orang-orang yang tidak bahagia? Atau, tadinya mereka bahagia tapi justru muram karena mendengarkan Adele?

Bos saya di kantor, ibu satu anak dengan mahligai perkawinan yang tampaknya baik-baik saja, setiap sore selalu memutar “Someone Like You” di ruangannya. Apakah saya boleh dan patut curiga bahwa ia tidak bahagia dengan kehidupan cintanya?

(“Someone Like You” adalah salah satu lagu yang paling sering diputar di dunia sepanjang tahun 2011. Ini lagu kebangsaan orang-orang yang masih tidak mampu mengubur kisah cinta masa lalu).

Adele kini dianggap sebagai ratu kegalauan yang dapat memimpin jutaan umatnya untuk melakukan ibadah galau berjamaah.

Dulu, jika orang sedang bersusah hati, ia akan lebih banyak diam dan menutup diri. Tapi orang sekarang bangga dengan kesedihannya. Mereka bisa memproklamasikan diri sedang gundah. Dan keberadaan Adele ini sangat mendukung situasi tersebut. Dengan mendengarkan Adele, kegalauannya dapat terlihat lebih keren.

Mungkin orang yang sebenarnya bahagia pun bisa seketika galau ketika mendengarkan Adele. Kerisauan, yang sebenarnya tidak ada, seakan-akan timbul ketika mendengarkan lantunan lirik-lirik muram. 

Tidak bisa diingkari, Adele dan kegalauan adalah bentuk kelatahan masyarakat atau mungkin juga bisa dikatakan sebagai tren terbaru.

Di luar citra sedihnya, Adele sendiri merupakan penyanyi wanita yang harus diakui kehebatan suaranya dan juga penulisan lagunya. Adele adalah salah satu talenta terbesar yang ada di industri musik saat ini.

Ia pun semakin bersinar karena datang di saat yang tepat. Ketika galau menjadi sebuah perilaku sosial yang jamak dan berteriak menyanyikan lagu sedih adalah tindakan yang beradab.

Ngomong-ngomong, tingkat kegundahan yang ditimbulkan Adele sebenarnya masih di bawah rombongan penyanyi pop melankolis Indonesia seperti Betharia Sonata, Ratih Purwasih atau Nia Daniati. 

Tetapi banyak orang — terutama anak muda — enggan menyanyikan lagu-lagu Indonesia ’80-an itu. Apalagi menuliskannya di media sosial. Mereka tak mau dikatakan ketinggalan zaman atau bahkan kampungan.


Artikel ini tayang di Yahoo! Indonesia pada tanggal 8 Desember 2011
---------------------------
update:

* Dalam ajang Grammy Awards yang berlangsung 13 Februari 2012 kemarin, Adele berhasil memboyong 6 penghargaan untuk Album of the year, Song of the Year, Record of The Year, Best Solo Performance, Best Pop Vocal Album dan Best Short Form Music Video. Jadi inilah namanya galau membawa berkah.

*Ada satu fakta menarik menurut Google Zeitgeist, seperti yang ditulis oleh teman saya Aulia Naratama bahwa sepanjang 2011, Adele paling banyak dicari di negara Trinidad, Mongolia dan Macedonia. 

Komentar

  1. Sumpah demi apaaa.. Yang ada di kepalaku sudah kamuh jelaskanh dengan singkat dan jelas di sini. Yak, anak muda sekarang mengumbar sekali ya kegelisahannya akan hidup. (termasuk saya tentunya. terkadang). Dan to be honest, saya kurang cucok sama lagu-lagunya mbak Adele yang cantik ini. Apalagi Rolling in The Deep eh itu kan ya judulnya? Menurut saya, lagu itu sangat pasif dan gak ada nendangnya sama sekali. Namun ya, mungkin saya sudah bukan anak sekarang.

    Tapi, menilik apa yang bung Dimas tulis di atas, Galau sudah jadi komoditi. Sekali ketik kata itu di social media, pasti ada saja yang nyamber. Pasti ada saja yang bahas. Jadi jangan heran kalo para attention seeker itu memakai kata ini untuk padanan sehari-hari. Kasihan untuk orang yang benar-benar ingin memakai diksi galau dalam kalimatnya, jadi gak enak hati karena galau sudah mengalami penurunan makna. Peyorasi atau ameliorasi itu istilah jaman dulu ya? Dan mungkin juga Bon Jovi harus mengubah lirik lagunya menjadi "You give Galau.. A bad name."

    BalasHapus
  2. Iya, Dim, lagunya Adele emang galau. Waktu pertama liat klipnya gue pengen ngelawak dan ngasih cokelat buat Adele supaya dia sedikit terhibur.

    ... mungkin gue pengen juga ngasih cokelat dan ngelawak buat Betharia Sonata atau Nia Daniati.

    Btw, kalo Adele kita hubungin sama Si Betharia, kira-kira ada yg bakal bikin balesan lagunya Adele nggak, ya ? Mungkin Obbie Mesakh ... ? =D

    BalasHapus
  3. Perlu gue tekankan lagi, (seperti yg pernah gue twit juga), Adele memang ratu kegalauan, tapi jelas, Amy Winehouse adalah ratu kegelapan.

    Turut prihatin sih, sama kegalauan masyarakat ini, and i'm not a hater or such (saya hapal semua lagu di dua album Adele). Tapi serius deh, true galau people listening to Amy. Hahak. Just a thought Dim, and i'm glad you bring this up, mulai bosan lihat #np orang2 Adele semuah.

    BalasHapus
  4. eh gue malah gak ngeh lo pernah nulis ini dim, sip lah, jangan lupa disimak tulisan gue tentang adele vs google yes http://aulianaratama.blogspot.com/2011/12/kaleidoskop-digital-2011-adele-ada-di.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day #11: The Like In I Love You

Lampau: Ulasan Album Centralismo - SORE

Enam Lagu Yang Mendefinisikan Paloh Pop