28 Lagu di 28 Tahun


Hari ini genap saya berumur 28 tahun. Pada akhirnya, hari ini terbukti saya lolos dari kutukan dan tidak menjadi seorang rockstar yang mati muda di umur 27. ;)

Sepanjang 28 tahun hidup saya, begitu banyak lagu yang mengalun. Setiap lagu yang ada meninggalkan kesan tersendiri yang akan bercerita banyak ketika didengar dan dikenang kembali.

Dalam rangka ulang tahun saya ini, saya ingin berbagi cerita mengenai beberapa lagu yang meninggalkan kesan bagi saya selama ini. Untuk periodenya, saat ini saya membaginya dari periode tahun 1987 hingga 1997.


Mengapa dimulai di tahun 1987? Di tahun 1987 saya berumur 5 tahun. Dan setahu saya, di umur itu lah memori seorang anak mulai berkembang dengan baik. Jadi saya masih bisa mengingat walau terkadang samar beberapa kejadian di umur tersebut.

Dan saya akhiri cerita ini di tahun 1997 karena di titik itu adalah akhir dari periode pertama dari petualangan musikal saya. Untuk periode selanjutnya, mungkin akan saya ceritakan di ulang tahun saya ke 29 tahun depan. Tentunya lagunya akan bertambah satu. :D

Selamat membaca. Dan jika ingin mengunduh lagunya, silahkan klik setiap judul yang ada.

*gambar di atas adalah berita keluarga yang dikirim oleh keluarga saya yang dimuat di harian Kompas pada tanggal 6 September 1982.
** saya mendapat email dari DMCA untuk mengedit link mp3 yang ada di blog ini. Jadi semua link akan saya non aktifkan. Jika ada yang berminat terhadap lagunya, harap kirim email ke saya. Terima kasih.


1. Walls Come Tumbling Down – The Style Council

Lagu ini pertama kali saya dengar ketika masih duduk di taman kanak-kanak. Kala itu, ayah saya baru kembali dari kuliahnya di Jerman dan beliau pulang dengan membawa beberapa video yang isinya rekaman video-video klip atau acara-acara di TV lokal Jerman. 

Video-video tersebut sering saya tonton. Dari situ, saya banyak mengenal musisi-musisi mancanegara yang pada saat itu sedang bertengger di tangga lagu populer. Walaupun di kala itu saya tidak hafal dengan nama setiap band atau musisi yang ada, namun setiap melodi dari lagu-lagu tersebut, melekat kuat di benak saya.

Suatu saat ketika saya duduk di bangku kuliah, saya mendengarkan satu album The Best of The Style Council.  Sampai di sebuah lagu, saya terdiam ketika mendengar melodi yang terasa familiar. Tidak membutuhkan waktu lama hingga saya tersadar bahwa lagu dari The Style Council yang berjudul “Walls Come Tumbling Down” tersebut adalah salah satu lagu yang saya sering lihat videoklipnya pada video rekaman yang dibawa ayah saya. 

Hingga sekarang setiap mendengar lagu ini, saya merasa seperti kembali ke umur 5 tahun, duduk dengan serius menyimak video-video dari ayah saya seraya mendengar teriakan ibu yang menyuruh saya untuk mandi sore. 

2. A View To Kill – Duran Duran

Lagu ini juga, pertama kali saya mendengarnya melalui rekaman video yang dibawa ayah saya. Lagu "A View To Kill" adalah soundtrack dari film James Bond berjudul sama. Saya masih ingat betul videonya yang menampilkan cuplikan gambar yang diambil langsung dari filmnya dan sebagian lagi menampilkan para personil dari Duran Duran yang seakan akan mereka turut berperan dalam film tersebut. 

Lagu ini merupakan perkenalan saya pada grup yang sangat berpengaruh pada tahun 80an yang bernama Duran Duran. Saya juga mengenal Duran Duran saat membaca buku Lupus yang diceritanya seorang penggemar berat Duran Duran. Rambut Lupus yang berjambul besar pun juga terinspirasi dari model rambut John Taylor, bassist dari Duran Duran yang dulu menjadi simbol seks pada masanya. 

3. Nona Lisa – Chrisye

Pertama kali menyukai lagu ini gara-gara melihat penampilan live Chrisye di acara TVRI, Aneka Ria Safari circa 1989. Pada penampilan tersebut, Chrisye menggunakan properti panggung berupa beberapa lemari yang kacanya terbuat dari plastik. Sambil bernyanyi, Chrisye berjalan melewati lemari-lemari dengan cara merobek plastik yang ada. 

Aksi yang sedikit teaterikal tersebut juga yang menjadi perkenalan saya terhadap penyanyi legendaris yang selalu bernyanyi tanpa ekspresi yang hingga akhir hayatnya begitu dicintai oleh masyarakat Indonesia.

4. The King of Whisful Thinking – Go West

Waktu SD, saya pernah tergabung dalam sebuah sanggar seni bernama sanggar Shangrila. Di sanggar ini, saya mendapat berbagai macam pelajaran kesenian, dari main keyboard, menyanyi, teater hingga menari. Dari semua pelajaran yang saya dapatkan saat itu hanya pelajaran menari yang saya benci. 

Walau tariannya tarian modern, namun tetap saja badan saya rasanya terlalu kaku untuk mengikuti gerakan-gerakan yang diberikan. 

Masih lekat di benak saya saat pertama kali mengikuti kelas menari di sanggar Shangrila ini. Saat itu, saya datang terlambat. Kelas menari sudah dimulai. Pengajarnya seorang cowok dengan mengenakan baju monyet (jumpsuit) dan sepatu kets besar. 

Ketika saya datang, sebuah lagu sudah mengalun. Lagu ini yang menjadi pengiring pelajaran menari. Belakangan saya ketahui lagu itu berjudul "The King of Whisful Thinking" yang dibawakan oleh grup bernama Go West. Lagu ini adalah satu-satunya hits mereka dan sempat muncul pada soundtrack film Pretty Woman.

Hingga sekarang setiap mendengar lagu ini, saya selalu teringat pada gerakan-gerakan konyol (yang mungkin dulu terlihat keren) dalam kelas menari pada saat itu.

5. Over My Shoulder - Mike & The Mechanics

Menjelang kelulusan SD, saya dan beberapa teman mengadakan semacam acara perpisahan di sebuah villa di puncak. Di villa tersebut tersedia antena parabola. Dan seperti anak seusia saya pada saat itu, tidak ada lagi channel yang lebih keren daripada MTV. Dan kebetulan lagu ini baru dirilis dan sering sekali tayang videonya di MTV.

Jadi, lagu ini kerap terdengar di villa itu sepanjang kami menginap disana.

Secara tidak langsung, lagu "Over My Shoulder" ini menjadi salah satu official soundtrack dari acara perpisahan bersama beberapa teman SD saya pada saat itu. Dan pastinya, hingga kini lagu ini akan selalu mengingatkan saya kepada momen tersebut.

6. About A Girl – Nirvana

Lagu ini adalah lagu pertama yang saya pelajari ketika pertama kali bermain gitar. Saya membeli gitar dengan uang hadiah khitanan. Saat itu saya kelas 5 SD. Pada awalnya, saya semangat sekali untuk belajar bermain gitar. Sampai saya membeli buku khusus yang berisi kord dan teknik belajar bermain gitar.

Namun karena tidak ada lagu yang dipelajari, akhirnya saya bosan. Saya tahu kord gitar tapi tetap belum bisa memainkan satu pun lagu. Akhirnya gitar saya sarungkan dan tidak dimainkan selama kurang lebih satu tahun.

Hingga sampai di momen ketika saya dan teman-teman SD mengadakan acara perpisahan di puncak. Waktu itu beberapa teman saya sedang menggandrungi Nirvana. Saat itu Nirvana baru merilis album unpluggednya. Jadi selama disana, lagu “About a Girl” versi unplugged sering dimainkan dengan iringan gitar.

Lalu saya tertarik untuk mencoba memainkan lagu ini dengan gitar. Tentunya dengan bimbingan teman saya. Karena sebelumnya saya sudah belajar kord, jadi dengan cepat saya dapat memainkan lagu “About A Girl” dengan lancar. Pada akhirnya, gara-gara lagu ini, saya kembali tertarik bermain gitar dan belajar lagu-lagu yang lain.

7. Tonight – NKOTB

NKOTB bisa dikatakan sebagai pelopor dari pergerakan boyband di industri musik. Siapa anak kecil, abg atau remaja di dunia pada periode 90an yang tidak mengenal NKOTB? Jordan Knight dan kawan-kawan adalah idola umum dari remaja di seluruh dunia. 

Saya juga menyukai NKOTB di jamannya. Pertama kali mendengar lagu mereka melalui singel “Step By Step. ” Namun lagu mereka yang pertama kali membuat saya jatuh cinta adalah “Tonight.” Selain melodinya yang ramah, aransemen musiknya juga terdengar kaya. Diawali dengan petikan gitar bergaya Spanyol lalu diikuti dengan iringan piano saat verse yang berubah tempo di bagian bridge dan reffren. Bagian paling saya sukai di lagu ini ada di bagian interlude yang mengadopsi gaya musik klasik dengan iringan string section dan suara hapsicord yang saling bersahutan.

Saya tidak pernah malu mengakui menyukai boyband jika boyband tersebut adalah NKOTB.

8. Beautiful Girl – Jose Mari Chan

Saya diperkenalkan dengan penyanyi asal Filipina ini melalui ibu saya. Ketika saya kanak-kanak, ibu saya sedang menggemari Jose Mari Chan. Kasetnya sering sekali diputar di rumah dan juga di mobil.

Dan dari semua lagu Jose Mari Chan, lagu hitsnya “Beautiful Girl” yang paling saya sukai. Musiknya begitu cantik dengan diiringi suara Jose yang lembut.

Hingga kini, lagu ini menjadi salah satu lagu andalan saya di ruangan karaoke. 

9. Ob-La-Di Ob-La-Da – The Beatles

Lagu ini saya kenal ketika bergabung dengan sanggar Shangrila. Lagu "Ob-La-Di Ob-La-Da" adalah salah satu lagu yang pertama saya pelajari saat belajar bermain keyboard.

Sewaktu saya mulai lancar memainkan lagu ini, saya diminta oleh guru saya untuk memainkan lagu ini dalam sebuah demo musik yang akan dihadiri oleh para orang tua murid. 

Saya sebenarnya sudah menolak secara halus. Entah, saya begitu malas untuk menghadiri acara tersebut. Guru saya sampai mengingatkan dan menelpon ke rumah agar saya hadir.

Karena saya merasa tidak percaya diri dan kurang menguasi lagu "Ob-La-Di Ob-La-Da", akhirnya saya memutuskan untuk tidak menghadiri acara demo musik itu.

Oh iya, awalnya sama sekali saya tidak mengetahui bahwa lagu ini milik sebuah band legendaris yang terkenal sepanjang masa. Saya baru mengetahui bahwa lagu ini milik The Beatles saat di SMA.

10. Cinta – Vina Panduwinata

Vina Panduwinata ialah penyanyi wanita Indonesia favorit ibu saya. Dari kecil, saya terbiasa mendengar lagu-lagu Vina berkumandang di rumah. Dan di antara lagu-lagu hits dari Vina, lagu "Cinta" yang paling berkesan untuk saya. Lagu ini memiliki progresi  kord yang bagus, melodinya juga sangat kuat. Aransemennya sedikit mengadopsi musik France Pop dengan dihiasi nada-nada minor yang ditambah sayup-sayup bunyi akordeon. 

Lagu ini juga yang di bawah alam sadar saya turut mempengaruhi saat saya menulis lagu French Riviera untuk band saya, Ballads of the Cliche. Saya juga baru menyadari belakangan setelah mendengar lagu ini kembali. Jadi, jika memang dirasa ada kemiripan antara lagu "Cinta" dan "French Riviera", silahkan salahkan ibu saya yang mencekoki lagu ini dari saya kecil. :D

11. Tell Laura I Love Her - Ray Peterson

Saya menyukai lagu ini karena kasetnya sering diputar oleh kedua orang tua saya. Dulu di rumah saya banyak terdapat kaset-kaset golden memory dan kumpulan hits Evergreen dari tahun 50an dan 60an. 

Salah satu kaset tersebut menampilkan lagu ini. Sebuah lagu tragis dengan lirik yang sangat bercerita. Saya selalu dapat membayangkan setiap adegan dalam lagu ini.  Entah, lagu ini didasarkan dari kisah nyata atau tidak. Namun rasanya akan menarik jika lagu ini dibuat menjadi sebuah film pendek. 

12. Too Much Heaven - The Bee Gees

Grup band asal Australia ini pertama kali saya kenal lagi-lagi melalui ibu saya. Saya baru sadar ketika menulis ini, ibu saya ternyata begitu berpengaruh dalam perkembangan musikal saya selama periode ini. Walaupun beliau bekerja di bidang di luar musik, namun ibu saya adalah penggemar musik yang cukup akut. 

Salah satu grup favoritnya adalah The Bee Gees. Ia bahkan ikut menonton ketika grup ini datang ke Indonesia pada tahun 60an. Ibu saya akan selalu bersemangat ketika saya meminta untuk menceritakan pengalaman menonton konser The Bee Gess yang dialaminya.

Menurut ceritanya, konser berlangsung dengan sangat indah. Bertempat di stadion Istora Senayan. Katanya, syahdu sekali mendengar paduan suara ketiga personil The Bee Gees, Barry, Robin dan Maurice dengan beratapkan langit dan pancaran sinar bulan purnama. Sungguh sebuah pengalaman yang sangat berkesan bagi ibu saya. 

Salah satu lagu The Bees Gees yang pertama saya sukai adalah “Too Much Heaven.” Lagu ini mungkin kurang begitu populer dibandingkan hits mereka lainnya. Namun ungkapan first cut is the deepest yang membuat saya selalu menyukai lagu ini hingga sekarang.

13. Sudikah Kamu – Ronny Sianturi

Pada suatu hari sekitar tahun 1992, saya diajak oleh ibu saya untuk hadir dalam syuting acara musik di RCTI yang bernama Nuansa Musik. Acara ini selalu menampilkan beragam penyanyi dan band yang beraksi dengan iringan musik playback. Mirip seperti acara Inbox atau Dahsyat namun tanpa penonton yang terlihat. 

Ibu saya kebetulan kenal dekat dengan salah seorang penata lampu senior di RCTI. Dan dari dia lah, ibu saya diundang datang untuk melihat syuting. Dan karena ibu saya tahu saya suka musik dan selalu menyimak acara musik di televisi, beliau lalu mengajak saya. Sebelumnya saya juga pernah diajak ibu saya untuk menonton syuting Aneka Ria Safari di TVRI. 

Syuting ini adalah tapping. Jadi direkam terlebih dahulu dan harus melalui ruangan penyuntingan sebelum disiarkan. Dulu memang belum jaman acara yang disiarkan secara langsung. Kecuali acara tahun baru atau acara-acara kenegaraan. 

Salah satu keuntungan syuting tapping, acara dapat direkam sesempurna mungkin. Jika ada kesalahan teknis walau sedikit saja, bisa diulang. Bagi televisi hal tersebut merupakan keuntungan. Namun tidak bagi yang kebetulan menjadi penonton di syuting tersebut. Karena besar kemungkinan 1 buah lagu dapat diulang rekamannya hingga lebih dari 5 kali. Mendengar lagu yang sama sepotong-sepotong dan berulang kali dalam jangka waktu yang sama hanya ada dua pilihan akibatnya: menjadi muak dengan lagu tersebut atau menjadi adiksi dan menyukai lagunya.

Saya dan ibu datang di studio tepat ketika pengambilan gambar untuk Ronny Sianturi yang menyanyikan singel pertama dari debut solo albumnya yang berjudul "Sudikah Kamu." Dan benar saja, pengambilan gambar dilakukan berulang-ulang. Lagu "Sudikah Kamu" berputar lebih dari lima kali.

Namun bukannya muak, saya malah jadi suka dengan lagu ini. Beberapa hari kemudian, saya lalu membeli kaset dari salah satu personil grup vokal Trio Libels ini.

14. Don’t Look Back In Anger – Oasis

Lagu ini adalah lagu Oasis pertama yang saya dengar. Saya mendengarnya melalui televisi dengan menyimak video klipnya. 

Tidak lama dari situ, saya langsung membeli kasetnya. Dulu majalah remaja yang saya baca kerap memberikan teks lagu beserta kord gitar dari lagu-lagu yang sedang hits. Termasuk juga lagu "Don't Look Back in Anger" ini. Lalu saya belajar untuk memainkan lagu "Don’t Look Back in Anger" dengan iringan gitar.

Mengenai Oasis, awalnya saya mengira Noel Galagher adalah vokalis utama dari grup. Karena kebetulan di lagu ini Noel yang bernyanyi.

15. Love Song – The Cure

Suatu ketika, tetangga sebelah rumah saya memberikan sebuah kaset yang sebenarnya oleh-oleh dari ayahnya yang waktu itu baru pulang dari Amerika. Tetangga saya itu tidak menyukai kaset tersebut. Namun menurutnya, mungkin saya bisa menyukainya. 

Kaset tersebut bertajuk Disintegration dari sebuah band asal Inggris yang bernama The Cure. Pada saat itu, saya tahu The Cure hanya melalui hits "Friday I’m In Love." Itu pun hanya selintas lalu. Tidak terlalu menggemari.

Namun melalui kaset ini lah, perlahan saya mulai menyukai grup ini. Dan salah satu lagu yang pertama kali menarik perhatian saya adalah “Love Song.”

Suara keyboard di lagu yang terdengar dingin dan misterius menjadi sebuah anomali yang sempurna ketika Robert Smith menyanyikan lirik-lirik cintanya. 

Pada kelanjutannya, lagu ini banyak sekali didaur ulang oleh berbagai penyanyi dan grup band. Namun versi asli dari The Cure masih menjadi favorit saya. 

16. Close To Heaven – Color Me Badd

Color Me Badd adalah salah satu grup yang masuk dalam kategori abu-abu. Mereka selalu berada di antara pelabelan grup vokal dan boyband. 

Pertama kali mengenal grup ini sewaktu mendengar lagu "Close to Heaven" yang dulu sering diputar di radio. Karena sering mendengar lagu ini, saya sampai hafal liriknya. Sebuah fenomena langka bagi saya yang biasanya sulit sekali menghafal lirik lagu. Khusus untuk lagu ini, bahkan saya juga hafal di luar kepala lirik bahasa Spanyol yang memang disertakan di lagu ini.

17. Burung Gereja –Nugie

Dulu saya adalah penggemar Nugie. Trilogi albumnya semuanya saya beli. Saya selalu melihat seorang yang bernyanyi sambil memainkan gitar akustik itu keren. Dan dulu saya melihat Nugie dengan pandangan seperti itu. 

Salah satu lagu Nugie yang paling saya sukai adalah “Burung Gereja.” Kord gitarnya juga mudah untuk dipelajari. Saat itu, saya sudah mulai mencari sendiri kord-kord lagu-lagu yang saya sukai. Tanpa perlu contekan dari sisipan kord yang sering ada di majalah.

Banyak lagu Nugie yang saya pelajari sendiri kord gitarnya. Secara tidak langsung, Nugie berperan besar dalam mengasah kepekaan saya dalam mencari nada. Nugie juga saya anggap sebagai salah satu inspirasi awal bagi saya untuk berani memulai menulis lagu sendiri. 

Terima kasih, bro Nugie. Saya berhutang kepada Anda. :D

18. Find A Way To My Heart – Phil Collins

Saya sebenarnya tidak terlalu menyukai Phil Collins. Saya hanya mendengar hits-hitsnya saja. Namun entah mengapa, saya membeli sebuah album miliknya. Saya lupa alasannya. 

Satu-satunya album Phil Collins yang saya miliki berjudul But Seriously. Album ini memiliki banyak hits. Diantaranya, "I Remember", "Something Happen on The Way To Heaven" dan juga "Another Day in Paradise" (yang pada nantinya akan selalu mengingatkan saya pada acara Planet Remaja di segmen zodiak.)

Lagu “Find a Away to My Heart” ada di album tersebut. Lagu ini tidak menjadi singel. Namun saya menyukainya. Karena lagu ini akan selalu mengingatkan saya pada David Copperfield. 

Waktu kecil, saya mengidolakan David Copperfield. Setiap episode acaranya di televisi tidak pernah terlewatkan oleh saya. Begitu juga sewaktu ia datang ke Indonesia, saya menontonnya.

Di setiap aksi David Copperfield, ia kerap menyertakan lagu-lagu Phil Collins dan juga Genesis. Di tangan David Copperfield, lagu-lagu Phil Collins bisa menjadi pengiring pertunjukkan yang dramatis.

Seperti lagu "Find a Away to My Heart” ini yang selalu diputar di setiap awal pemunculan David Copperfield di panggung. Intro lagu yang panjang dan refren yang menghentak menjadi sebuah musik pengiring pertunjukkan sulap paling sempurna bagi saya. 

19. That’s Way (You Go Away) – Michael Learns To Rock

MLTR adalah salah satu grup yang sama sekali bukan jago kandang. Di negaranya, Denmark mereka tidak populer. Terlebih di benuanya sendiri. Mereka malah populer di negara-negara Asia, termasuk di Indonesia. Karena itu juga, mereka sering sekali datang ke negara ini. Bahkan hingga syuting video klip di Bali. 

Walaupun musiknya terdengar ecek-ecek, namun sangat ramah di telinga siapapun. Termasuk saya. Salah satu yang paling saya sukai adalah “That’s Why (You Go Away).” Mendengar lagu ini, saya selalu ingat akan perjalanan karya wisata ke Yogyakarta saat SMP. Lagu ini menjadi teman kesendirian saya sepanjang perjalanan. Sementara beberapa teman masing-masing duduk bersama kekasihnya, saya saat itu, mengalami masa pacaran pun belum.

20. Love Games – Level 42

Awal ketertarikan saya dengan lagu ini karena bass linenya yang groovy. Saya mendengar lagu ini pertama kali ketika duduk di bangku SMP. Saat itu, saya mulai belajar instrumen musik selain keyboard dan gitar yang telah saya pelajari sebelumnya. Pilihan saya jatuh kepada instrumen bas yang hingga kini masih saya tekuni.

Alasan saya memilih untuk belajar bas karena saya merasa menjadi pemain bas itu merupakan pilihan yang tidak biasa. Semua remaja selalu ingin bermain gitar atau bermain drum. Lebih terlihat keren. Sedangkan pemain bas biasanya selalu tenggelam kepopulerannya di antara pemegang instrumen lainnya. Tidak ada yang mau untuk bermain bas, pikir saya pada saat itu.

Maka dimulailah masa belajar bas. Saya les di sebuah kursus musik di bilangan Cipulir, Jakarta Selatan. Disitu, guru bas saya yang bernama mas Wisnu mengenalkan lagu milik Level 42 ini.

Karena struktur line basnya yang unik, maka tidak gampang untuk mempelajari lagu ini. Berulang kali lagu ini saya putar di rumah sembari saya terus mengulik line basnya.

Saya selalu salut dengan vokalis grup Level 42, Mark King. Ia dapat membagi perannya sebagai vokalis dan juga bermain bas dengan line yang kompleks pada saat bersamaan. Saya saja yang hanya memainkan line bas lagu ini sudah susah payah, apalagi ditambah harus membagi konsentrasi dengan bernyanyi seperti Mark King. 

21. Never Forget – Take That

Jika di bangku SD, saya menyukai boyband NKOTB, maka di bangku SMP, saya menyukai boyband asal Inggris yang bernama Take That.

Boyband ini sedikit berbeda dari boyband kebanyakan. Karena Take That menciptakan lagu mereka sendiri sementara boyband lain masih mengandalkan orang lain untuk menciptakan lagu. 

Take That beruntung memiliki seorang pencipta lagu pop handal di dalamnya yang bernama Gary Barlow yang juga berperan sebagai vokalis utama dari grup ini. Grup Take That juga melahirkan seorang bintang lainnya, bernama Robbie Williams yang lebih dikenal ketika ia bersolo karir dibandingkan ketika ia masih tergabung dengan Take That.

Saat grup ini konser di Jakarta sekitar tahun 1995, saya juga menonton. Dan konser tersebut adalah pengalaman saya yang pertama dalam menonton konser musisi mancanegara.

Lagu “Never Forget” dirilis sebagai singel mereka dan juga sebagai singel perpisahan sebelum mereka membubarkan diri di tahun 1996. Pada kelanjutannya, mereka kembali lagi bereuni. Namun jaman juga sudah berganti dan nama Take That kini akhirnya tenggelam begitu saja.

22. Basket Case – Green Day

Para penjaga studio musik pada tahun 1994-1995 pasti akan bosan mendengar lagu Basket Case yang dimainkan oleh banyak remaja yang baru membentuk band. Dan percaya atau tidak, saya juga termasuk dalam rombongan remaja-remaja tersebut. 

Progresi kord yang mudah, irama yang enerjik dan popularitas Green Day pada jaman itu, merupakan faktor-faktor yang mendukung mengapa lagu ini sangat digemari oleh anak-anak yang baru belajar ngeband. 

Lagu ini biasa bersanding dengan lagu “Creep” dari Radiohead atau juga “I Will Survive” dari Cake sebagai playlist utama di studio ketika latihan ngeband.

23. Kosong – Pure Saturday

Sebenarnya impresi awal saya terhadap lagu ini cukup buruk. Jadi saat itu, saya masih duduk di kelas 3 SMP dan baru bergabung dengan sebuah band. Saya dan teman-teman satu band mengikuti audisi untuk acara pentas seni suatu SMA. 

Pada saat itu, lagu “Kosong” dari Pure Saturday baru dirilis. Dan setelah berunding, kami memutuskan akan memainkan lagu ini pada saat audisi. 

Karena audisi tersebut merupakan audisi yang pertama kali diikuti oleh kami, maka kami masuk ke studio dengan penuh kegugupan. Teman band saya yang bermain gitar tidak menyetem gitarnya dengan baik. Saat disuruh panitia untuk menyetem, teman saya itu bertambah gugup sehingga suara gitarnya bukan bertambah baik malah bertambah buruk. 

Sikap para panitia audisi juga sangat menyebalkan. Kami diberi waktu yang mepet dan tutur kata para panitia begitu dingin dan tidak ramah. Akhirnya kami hanya memainkan sepotong lagu “Kosong” karena waktunya telah habis.

Untungnya pengalaman buruk saya terhadap lagu “Kosong” tidak membuat saya membenci lagu ini.  Hingga kini saya selalu jatuh cinta setiap mendengarnya. Sebuah anthem klasik.

24. Bulan  - Netral

Netral adalah satu grup ‘alternatif’ favorit saya di periode 90an. Gaya mereka yang slengean dengan musik yang catchy dan lirik lugas menjadi alasan mengapa saya menyukai grup asal Tebet, Jakarta ini.
Formasi awal Netral menurut saya adalah formasi terbaik mereka. Bagus di vokal dan bas, Mitend di gitar dan Bimo di drum. Dan album debut mereka, Wa..Lah adalah salah satu album Indonesia terbaik yang pernah dirilis. IMHO.

Salah satu lagu favorit saya di album tersebut adalah “Bulan”. Lagu ini menampilkan iringan gitar jangly dan melodi yang mengalir hangat. Dan lagu ini juga menjadi salah satu lagu yang dipelajari saat saya pertama kali bermain bas. Tidak seperti vokalis/basisst Mark King dengan lagunya yang memiliki line bas yang rumit, line bas yang dimainkan vokalis/ bassist Bagus sangatlah sederhana. 

25. Terbang - GIGI

Selain Nugie, saya dulu juga menggemari band GIGI. Semua albumnya saya miliki. Dan sebisa mungkin saya mengejar setiap penampilan panggung mereka. Aksi panggung GIGI memang terkenal sangat menyegarkan untuk ditonton.

Salah satu lagu GIGI yang paling berkesan bagi saya adalah “Terbang.” Lagu ini dirilis ketika Gigi dalam formasi bandnya yang ketiga di tahun 1998. Pada salah satu lagu di album itu, GIGI mencoba sedikit bereksperimen dengan bebunyian elektronik. Bebunyian elektronik ini adalah buah kolaborasi GIGI dengan Agus Sasongko yang dulu dikenal sebagai personil duo elektronik Media Distorsi.

Saya juga pernah membawakan lagu ini dengan band saya saat SMA. Waktu itu lagu ini dibawakan di sebuah kompetisi musik yang kebetulan salah satu jurinya adalah Agus Sasongko. Cukup mengagetkan begitu mengetahui beliau yang menjadi jurinya. Soalnya versi yang kami mainkan sama sekali tidak menggunakan groove box. Jadi bebunyian elektronik itu akan dihasilkan secara manual melalui ketukan drum. 

Nasib berbicara, band saya akhirnya tidak mendapat juara dalam kompetisi tersebut. 

26. Hilang – Rumah Sakit

Rumah Sakit salah satu pionir dalam pergerakan musik underground di Jakarta. Mereka selalu ada sebagai penampil utama pada setiap pagelaran acara-acara underground (indies) yang bertempat di M Club maupun Poster Café circa 1994-1999.

Lagu “Hilang” adalah singel pertama dari debut album Rumah Sakit yang dirilis di tahun 1997. Lagu ini pada kelanjutannya menjadi anthem anak-anak indies pada era kejayaan Poster Café. 

Saya dulu menjadi saksi bagaimana Rumah Sakit pada era itu sangat digilai oleh anak-anak indies. Begitu intro lagu ini dimainkan seketika anak-anak indies berambut belah pinggir, berjambang, memakai kaus ketat dan tas disamping langsung menari gelisah. Tarian massal ini dipimpin langsung oleh Andri Lemes, vokalis dari Rumah Sakit yang diikuti koor panjang dari para penonton.

Lagu “Hilang” ini (dan juga lagu-lagu hits lainnya dari Rumah Sakit) juga selalu dimainkan oleh band-band baru yang terus bermunculan pada kejayaan Poster Cafe.

27. Elephant Stone – The Stone Roses

Saya mengenal grup brit pop ini sekitar tahun 1997. Lagu ini menjadi salah satu lagu wajib di setiap acara indies yang dulu biasa dilaksanakan di hari Minggu. 

Lagu "Elephant Stone" juga menjadi salah satu lagu andalan dari band saya setiap penampilan panggung kami kala itu. Kami menjuarai beberapa festival musik karena membawakan lagu ini dengan beberapa improvisasi yang kami buat. Walau saya yakin, para juri festival pasti banyak yang tidak familiar akan lagu ini. Kecuali si juri juga termasuk dalam golongan anak indies. :)

28. The Joy of Living - Blueboy

Blueboy adalah grup indie pop asal Inggris yang bisa dikatakan merubah hidup saya. Melalui Blueboy, pengembaraan musikal saya semakin luas. 

Album Blueboy yang menjadi album keramat di dunia indie pop adalah Unisex. Setiap lagu dalam album ini sangat magis. 

Salah satu lagu yang pertama kali membuat saya jatuh cinta dengan grup ini adalah “The Joy of Living”. Lagu yang menampilkan duet vokal pria dan wanita ini takkan pernah lekang oleh waktu bagi saya pribadi.

Komentar

  1. That’s Way (You Go Away) – Michael Learns To Rock

    MLTR adalah salah satu grup yang sama sekali bukan jago kandang. Di negaranya, Denmark mereka tidak populer. Terlebih di benuanya sendiri. Mereka malah populer di negara-negara Asia, termasuk di Indonesia. Karena itu juga, mereka sering sekali datang ke negara ini. Bahkan hingga syuting video klip di Bali.

    Walaupun musiknya terdengar ecek-ecek, namun sangat ramah di telinga siapapun. Termasuk saya. Salah satu yang paling saya sukai adalah “That’s Why (You Go Away).” Mendengar lagu ini, saya selalu ingat akan perjalanan karya wisata ke Yogyakarta saat SMP. Lagu ini menjadi teman kesendirian saya sepanjang perjalanan. Sementara beberapa teman masing-masing duduk bersama kekasihnya, saya saat itu, mengalami masa pacaran pun belum.
    =================================================
    Stuju....
    Mantap emang tuh lagu :D

    BalasHapus
  2. :) Gw nyengir nyengir ndiri baca postingan loe yg ini dim.

    Lucu. nyimak artis2 jadul demenan loe, segala Duran Duran en NKOTB. Generasi 80an lah..tnyata loe normal juga ya masa kanak kanaknya..hihihi.

    Bisa bisanya gue lupa kalo dulu gw jg nge-fans ma GIGI. Demen ma Nugie, sebelum dia kecemplung ke dunia sinetron en image jd ga keren lagi (baca: ga alternatif lagi).

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day #11: The Like In I Love You

Lampau: Ulasan Album Centralismo - SORE